A.DESKRIPSI
Pinisi adalah kapal
layar tradisional khas asal Indonesia, yang
berasal dari Suku Bugis dan Suku
Makassar di Sulawesi
Selatan. Kapal ini umumnya memiliki dua tiang layar utama dan
tujuh buah layar, yaitu tiga di ujung depan, dua di depan, dan dua di belakang;
umumnya digunakan untuk pengangkutan barang antar pulau. Pinisi adalah sebuah
kapal layar yang menggunakan jenis layar sekunar dengan dua tiang dengan tujuh
helai layar yang mempunyai makna bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mampu
mengharungi tujuh samudera besar di dunia.
PHINISI adalah
juga jenis kapal kayu tradisional masyarakat Bugis-Makassar. Pembuatannya unik.
Perahu-perahu dari tangan para ahli itu memiliki keseimbangan yang sempurna
kendati diciptakan dengan mengandalkan naluri dan tanpa alat modern. Phinisi
memang sarat dengan falsafah hidup tradisional suku Bugis-Makassar.
Phinisi
memiliki peran penting dalam sejarah masyarakat Nusantara. Kapal inilah yang
digunakan para pelaut dulu kala untuk mengarung samudra menjelajah dunia. Kini,
salah satu karya para ahli perahu di Bontobahari itu menjadi koleksi Museum
Kota Paris.
Di dunia internasional,
perahu Phinisi baru dikenal sejak 1906 silam. Perahu itu adalah bentuk
termodern dari kapal tradisional orang Bugis-Makassar yang telah mengalami
proses evolusi panjang. Kapal itu dibuat sebagai perahu layar dengan dua tiang
dan tujuh hingga delapan helai layar. Pada umumnya perahu ini berukuran kecil
dengan daya muat antara 20 hingga 30 ton dan panjang antara 10 hingga 15 meter.
Hampir keseluruhan pembuatan perahu dilakukan dengan teknik-teknik sederhana
dan mengunakan tenaga mesin yang sangat minim.
Sekarang
Kita flashback ke awal sejarah adanya perahu phinisi
Di ujung selatan pulau Sulawesi, masyarakat setempat membangun sebuah tradisi bahari selama ratusan tahun. Cerita-cerita tentang keperkasaan para pelaut Bugis, Makassar, Mandar, dan Konjo telah menjadi buah bibir hingga ke pelosok negeri nun jauh di seberang lautan. Keindahan dan kekokohan perahunya dalam menghadapi keganasan ombak lautan, telah melahirkan cerita-cerita kepahlawanan yang mengagumkan.
Di ujung selatan pulau Sulawesi, masyarakat setempat membangun sebuah tradisi bahari selama ratusan tahun. Cerita-cerita tentang keperkasaan para pelaut Bugis, Makassar, Mandar, dan Konjo telah menjadi buah bibir hingga ke pelosok negeri nun jauh di seberang lautan. Keindahan dan kekokohan perahunya dalam menghadapi keganasan ombak lautan, telah melahirkan cerita-cerita kepahlawanan yang mengagumkan.
Tidak
banyak orang yang tahu, kalau kapal phinisi itu adalah kapal dari kayu yang
dirakit dan didesain di sebuah desa terpencil di Tanjung Bira Kecamatam Bira
Kabupaten Bulukumba, atau sekitar 200 km arah utara Kota Makassar, Sulawesi
Selatan.
Phinisi
kini bukan lagi kapal barang tetapi sudah menjadi kapal wisata dan sekaligus
menjadi rebutan sejumlah pengusaha di dunia yang bergerak bidang parawisata dan
restoran laut.
B.ANALISIS
Phinisi merupakan kapal layar asli indonesia
khas daerah sulawesi, yang memiliki banyak kegunaan di samping bentuknya yang
terlihat indah.
Nilai Artistik
Unsur-unsur yang terkandung di
dalam kapal pinisi terlihat begitu menyatu, sehingga menciptakan satu kesatuan
yang indah. Mulai dari bentuk, warna tekstur dan cara pembuatannya sendiri
telah menciptakan nilai artistik tinggi.
Nilai Budaya
Sebagai salah satu identitas Orang Bugis, Pinisi mencerminkan tentang budaya orang bugis yang tidak pernah usang di makan zaman.
Sebagai salah satu identitas Orang Bugis, Pinisi mencerminkan tentang budaya orang bugis yang tidak pernah usang di makan zaman.
Nilai Ekonomi
Oleh karna
nilai artistik yang tinggi, serta waktu pembuatanya yang sangat lama, maka tak
heran jika harga satu buah kapal Phinisi bisa mencapai miliaran rupiah bahkan
sekarang Phinisi kini bukan lagi kapal
barang tetapi sudah menjadi kapal wisata dan sekaligus menjadi rebutan sejumlah
pengusaha di dunia yang bergerak bidang parawisata dan restoran laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar