Pengaruh
Tayangan Mistik dalam Dunia Hiburan
Tayangan mistik/misteri sudah cukup
lama berlangsung di televisi komersial kita sebagai salah satu hiburan bagi
keluarga-keluarga di Indonesia. Malah ada stasiun TV yang menyelenggarakan
acara mistik/misteri dua kali dalam satu minggu. Untuk tayangan mistik tersebar
dibanyak tempat dan waktu, bahkan ada yang menyediakannya pada lewat tengah
malam. Mengapa sampai berkepanjangan?
Alasan yang digunakan, klasik:
ratingnya tinggi, banyak ditonton orang. Karena itu, iklannya juga banyak.
Angka kepenontonan tersebut hanya dijajak dari 8 kota di Indonesia. Itu tidak
mewakili pemirsa kota-kota lain, apalagi mewakili pemirsa desa-desa yang
jumlahnya puluhan juta orang.
Terpaksalah pemirsa di pedalaman yang
pendidikannya rendah menjadi korban. Mereka dijejali dan disuapi tayangan yang
bukan keperluan atau kemanfaatan mereka. Iklan-iklan yang disisipkan membuat
penonton TV di desa-desa hanya mampu menelan ludah. Bagi mereka, itu tidak
terjangkau oleh isi kantong mereka. Uangnya tidak cukup untuk membeli. Bagi
yang bependapatan pas-pasan, memaksakan diri untuk berkonsumsi tinggi. Tidak
peduli, uang didapat dari mana, kalau perlu korupsi.
Beberapa tahun terakhir, tayangan
mistik merebak di tanah air dalam dunia hiburan seperti industri perfilman
maupun pertelevisian. Menjamurnya tayangan-tayangan tersebut tidak bisa
dilepaskan dari "tabiat" masyarakat Indonesia, terutama orang Jawa,
yang masih kental dengan hal mistik. Gaya hidup atau keyakinan orang Jawa
sebelum atau bahkan sesudah Islam masuk ke Jawa memang cenderung pada keyakinan
kebatinan daripada keyakinan agama.
Sebelum siaran mistik marak
ditayangkan di televisi pada awal 2000. terdapat sejumlah tayangan mistik yang
dikemas dalam bentuk sinetron komedi dan nonkomedi.
Sinetron Tuyul dan Mbak Yul serta Jin
dan Jun (RCTI) dapat dimasukkan dalam sinetron mistik-komcdi. Si Manis Jembatan
Ancol (SCTV) serta Misteri Gunung Merapi (Indosiar) dapat dikategorikan dalam
jenis sinetron mistik-nonkomedi. Sinetron-sinetron tersebut merintis jalan bagi
sinetron mistik-religius.
Kemudian, muncul tayangan mistik
dengan format reality show yang menampilkan sejumlah penampakan maldiluk halus
dari ahm gaib. Bila sebelumnya disajikan secara menghibur dalam bentuk drama
fiktif, tayangan mistik pada format reality show ditampilkan sebagai hiburan
dalam bentuk sensasi yang mendebarkan. Di antaranya, Uka-Uka (TPI), Dunia Lain
(Trans TV), dan Percaya Nggak Percaya (AnTV).
Contohnya, "imam" tayangan mistik
adalah sinetron Rahasia Ilahi yang ditayangkan pada Ramadan 2003 oleh TPI.
Sinetron tersebut diklaim mengambil ide cerita dari kisah-kisah nyata yang
dimuat dalam majalah Hidayah.
Pada pertengahan Maret-April 2005,
Rahasia Ilahi ditonton 40-50 persen pemirsa. Sejak itu, muncul sinetron dengan
tema serupa. Di antaranya. Azab Dunia Ketiga (AnTV), Titipan Ilahi (Indosiar),
Azab Ilahi (Lativi), Tuhan Ada di Mana-Mana (RCTI), Kuasa Ilahi (SCTV), Taubat
(Trans TV), Takdir Ilahi (TPI), dan Titik Nadir (Trans 7).
Rahasia Simulasi Mistik Rahasia
simulasi mistik televisi terletak pada empat tahap simulasi di dalamnya. Tahap
pertama, televisi mencerminkan realitas. Dengan demikian, televisi menciptakan
bayangan atau cerminan realitas. Mistik disimulasi melalui peristiwa gaib dan
irasional. Seakan-akan, realitasnya memangdemikian.
Kedua devisi mengabulkan realitas.
Realitas sesungguhnya berusaha disembunyikan melalui teknik-teknik yang dipakai
industri pertelevisian. Simulasi mistik menyembunyikan atau menutupi realitas.
Meski seakan-akan mirip dan merupakan cermin dari realitas, penggambaran nuansa
mistik pada tahap tersebut justru menutupi realitas sebenarnya.
Ketiga, televisi mengubur realitas.
Realitas sesungguhnya tidak lagi muncul dalam pilihan-pilihan representasi
Realitas tidak disembunyikan atau ditutup-tutupi, tetapi benar-benar dihapus.
Misalnya, pada tayangan reality show, cerita yang dibangun seolah-olah
menyerupai realitas. Padahal, cerita itu justru menghapus realitas.
Keempat, realitas dalam televisi
menggantikan realitas sesungguhnya. Realitas yang dibangun televisi tidak
memiliki rujukan apa pun selain dirinya sendiri. Televisi melegitimasi realitas
yang dibuatnya tanpa rujukan tersebut dengan rutinitas dan masifhya penayangan.
Di sisi lain, simulasi mistik religius
dalam industri pertelevisian menandai terputusnya hubungan antara umat dan
ulama. Selanjutnya, konsep keduanya tergantikan jalinan hubungan antara
konsumer dan selebriti. Peran ulama sebagai warasatul anbiya (pewaris para
nabi) yang menyerukan secara terus-menerus ajaran suci kebaikan dan kebenaran
agama perlahan pupus karena diambil alih televisi. Melalui ustad atau ulama
selebriti, produk industri televisi, agama diterjemahkan dalam versi yang
menghibur (religKfciinment) sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan industri
terhadap komoditas.
Tayangan mistis ini sama sekali tidak
mendidik masyarakat Indonesia atau tayangan reality show yang nyatanya lebih
banyak direkayasa daripada menunjukkan kondisi sebenarnya. Maraknya tayangan
yang berbau mistik di berbagai stasiun televisi tidak membawa dampak positif
bagi masyarakat. Hantu ditayangkan di televisi. Apa manfaatnya bagi masyarakat
?
Ada pihak yang mengatakan karena
penonton suka, maka dapat menyedot iklan yang lebih banyak sehingga pendapatan
televisi meningkat. Namun demikian, tidaklah bijaksana jika semua hal yang
disukai masyarakat, meskipun tidak mendidik, ditayangkan di tv untuk dijadikan
sebuah acara hiburan.
Menurut sumber yang kami dapatkan,
ternyata tayangan yang berbobot seperti Discovery Channel tidak disukai oleh
penonton dan akhirnya usaha pertelevisian menyerah dengan menayangkan kembali
acara yang mungkin dianggap kurang berbobot, tetapi disukai banyak orang.
Untuk itu, pihaknya meminta media
massa supaya tidak mengeskpose masalah pornograsfi dan mistik. Media massa
seharusnya berperan untuk menumbuhkembangkan jiwa yang sehat dengan memberikan
informasi yang baik dan bukannya merusak akhlak dan moral anak-anak bangsa.
Pelanggaran yang dilakukan televisi
terkait tayangan seram itu berupa aspek kengerian. Koordinator Bidang Isi Siaran
mengatakan, acara mistis yang selama ini ditayangkan televisi lebih menonjolkan
unsur-unsur gambar, bukan unsur mistisisme. Gambar tersebut dibuat-buat,
direkayasa, sehingga ada ketidakjujuran untuk mengatakan rekayasa. Selama orang
Indonesia masih percaya pada ketuhanan, maka tayangan mistis akan tetap ada
sebagai bagian kegaiban. Program acara mistis merupakan duplikasi mentah-mentah
tayangan serupa dari luar negeri. Padahal acara tersebut dari negara asalnya
dibuat untuk mengolok-olok eksistensi Tuhan dan hal gaib. Saat orang luar
sedang menertawakan adanya hantu, Tuhan, dan segala macam kegaiban, dengan
program-program semacam itu, orang Indonesia melihatnya sebagai program lucu,
menarik, dan layak ditiru.
Siaran televisi mengajari anak untuk
mengenal kehidupan masyarakatnya dan masyarakat lain. Siaran televisi berfungsi
sebagai wahana proses sosialisasi. Anak-anak diajari mengenal nilai-nilai
luhur, tetapi mereka juga disuguhi nilai-nilai buruk.
Sebatas yang kami ketahui, dalam dunia
ilmiah/akademis di Indonesia sampai saat ini belum memiliki kajian khusus yang
mempelajari efek siaran ini terhadap khalayak. Sementara ini yang baru muncul
adalah masih sebatas hipotesis atau dugaan sementara mengenai ada-tidaknya,
efek siaran tersebut yang belum teruji melalui penelitian, jadi masih belum
konklusif. Namun, persoalan bangsa ini berkenaan dengan habit nya dalam
mengkonsumsi tayangan-tayangan sinetron dan praktik-praktik media yang
cenderung permisif dalam membuat program-program yang tidak mendidik, bahkan
merusak akhlak bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar